Yuk Kenali Wayang Kulit dari Berbagai Daerah Indonesia dan Malaysia!


Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Wayang Kulit merupakan salah satu dari banyaknya kesenian bangsa kita yang patut kita banggakan sebagai identitas kita. Wayang kulit sendiri merupakan seni pertunjukan drama dengan menggunakan boneka dari kulit yang dibentuk menjadi sebuah karakter. Selain hiburan, wayang kulit juga berfungsi sebagai media penerangan, dakwah, pendidikan serta pemahaman filsafat. Pertunjukan wayang kulit juga diiringi dengan aransemen musik. Baik negara Indonesia maupun Malaysia, kedua-dua negara memiliki versi wayang kulitnya tersendiri. Bahkan tidak hanya satu atau dua, melainkan terdapat banyak jenisnya mengikut daerah di kedua negara serumpun ini. Ingin tahu apa saja? Mari simak di bawah.

Wayang Kulit Indonesia

Wayang Kulit Palembang  وايڠ کوليت ڤاليمبڠ

Pulau Sumatra khususnya kota Palembang memiliki wayang kulitnya tersendiri, yaitu Wayang Kulit Palembang yang diperkirakan telah hadir sejak abad ke-16 saat wilayah Sumatera Selatan menjadi bawahan dari Kesultanan Demak. Ibukota Sriwijaya ini memiliki sejarah yang tak terpisahkan dengan Jawa, bermula dari Majapahit hingga pada hubungan persahabatan Demak-Palembang. Wayang kulit ini dibawa oleh para seniman Jawa bersamaan dengan gamelan dan mengajarkan para penduduk setempat cara memainkan keduanya. Tentunya disesuaikan dengan adat kebudayaan Melayu Palembang agar dapat diterima dengan baik. Wayang Kulit ini masih memiliki banyak kesamaan dengan Wayang Kulit Jawa, namun hal yang membedakannya adalah tidak adanya suluk (puisi atau sajak berlagu), pesinden dan dok-dok, serta penggunaan bahasa dan busana khas Melayu Palembang oleh para dalang.

Wayang Kulit Betawi    وايڠ کوليت بتاوي

Foto : kikomunal-indonesia.dgip.go.id
Menurut Surya Bonang, seorang dalang Wayang Kulit Betawi, keberadaan wayang kulit khas Daerah Khusus Ibukota ini diperkirakan berasal dari penyerbuan pasukan Kesultanan Mataram Islam pimpinan Sultan Agung di Batavia (kini Jakarta) pada tahun 1628-1629 untuk melawan penjajahan Belanda pimpinan J.P. Coen. Di sana pada setiap malamnya, para prajurit menceritakan mengenai kisah-kisah perwayangan kepada para penduduk setempat, yang menjadi cikal bakal kemunculan Wayang Kulit Betawi. Wayang kulit ini kemudian disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat setempat seperti menggunakan musik yang dimainkan menggunakan gambang kromong, yakni sebuah ansambel musik perpaduan gamelan Jawa dengan instrumen musik Tionghoa, serta penggunaan bahasa Betawi. Wayang kulit Betawi lebih sering membawakan cerita kehidupan sehari-hari. Unsur seni Sunda juga sangatlah kental seperti penggunaan lagu-lagu Sunda.

Wayang Kulit Cirebon   ꦮꦪꦁ​ꦏꦸꦭꦶꦠ꧀ꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤ꧀

Eksistensi wayang kulit Cirebon bermula dari kedatangan Sunan Kalijaga yang bertujuan untuk menyebarkan dakwah islam dengan wayang kulit sebagai media yang digunakannya. Sunan Kalijaga juga yang memperkenalkan Suluk atau Syair Malang Sumirang sebagai suluk khas Cirebon, yang mana berisi tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam. Ciri khas Wayang Kulit Cirebon adalah bonekanya menggunakan pakaian, sementara 'kulitnya' berwarna cat kehijauan dengan bentuk tatahan halus. Pergelaran wayang kulit Cirebon diiringi dengan sekitar 10 hingga 15 musisi, tetapi beberapa dalang telah menyarankan bahwa tatanan kelompok musisi pengiring sebaiknya berjumlah 17 orang, sesuai dengan jumlah rokaat shalat wajib dalam sehari. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Cirebon dengan sedikit campuran bahasa Indonesia agar para penonton dapat lebih memahaminya. 

Wayang Kulit Jawa  ꦮꦪꦁ​ꦏꦸꦭꦶꦠ꧀ꦗꦮꦶ

Wayang kulit Jawa inilah yang menjadi induk kepada wayang-wayang di Indonesia. Wayang kulit telah wujud di Jawa sejak abad ke-9 hingga ke-10 Masehi. Bentuk wayang kulit tertua yang masih terjaga hingga saat ini disebut sebagai Wayang Kulit PurwaWayang kulit telah lama digunakan sebagai media penyebaran agama Hindu dengan pemaparan kisah-kisah Ramayana dan Mahabharata, kemudian sebagai media dakwah agama Islam oleh Wali Songo. Wayang kulit Jawa dilengkapi dengan iringan musik gamelan Jawa, suluk, serta tembang (sajak atau lirik berbahasa Jawa) yang dinyanyikan oleh sinden (vokalis wanita). Wayang kulit Jawa terbagi kepada banyak jenis, baik dari segi isi penyampaian maupun daerah. Salah satu jenis wayang kulit Jawa adalah Wayang Sadat, yang menyampaikan kisah-kisah serta ajaran Islam. Adapun dengan latar kebudayaan masyarakat Jawa yang beragam setiap daerahnya, maka wayang kulit Jawa turut terbagi kepada beberapa gagrag atau versi mengikut daerah : 
  • Wayang Kulit Gagrag Yogyakarta
  • Wayang Kulit Gagrag Surakarta
  • Wayang Kulit Gagrag Banyumasan
  • Wayang Kulit Gagrag Jawa Timuran
Wayang Kulit Banjar وايڠ کوليت بنجر

Wayang kulit khas pulau seribu sungai khususnya tanah Banjar ini tidak lepas dari sejarah Kalimantan Selatan yang pernah menjadi negara bawahan Majapahit. Menurut Tjilik Riwut, wayang kulit Banjar hadir pada abad ke-14 dari pengaruh Majapahit. Namun, wayang kulit kala itu kurang diminati masyarakat setempat. Setelah berdirinya Kesultanan Islam Banjar pada tahun 1526, barulah wayang kulit disesuaikan dengan citra rasa dan estetika masyarakat Banjar. Ada juga yang mengatakan bahwa wayang kulit Banjar merupakan hadiah dari Sultan Demak kepada Sultan Banjar sebagai media dakwah lengkap dengan satu set gamelan. Biasanya, wayang kulit Banjar digelarkan di tengah malam menjelang subuh. Unsur yang membedakannya dari wayang kulit Jawa adalah penggunaan bahasa Banjar dan ukuran yang lebih kecil. 

Wayang Kulit Bali  ᬯᬬᬂᬓᬸᬮᬶᬢ᭄ᬩᬮᬶ

Wayang kulit Bali merupakan jenis wayang kulit kedua tertua di Nusantara setelah wayang kulit Jawa, yang mana dalam prasasti Bebetin yang berangka tahun Çaka 818 ( 896 M), peninggalan masa pemerintahan raja Ugrasena di Bali, ditemukan istilah parbwayang yang diyakini berkaitan dengan wayang. Pertunjukan wayang kulit Bali biasanya membawakan cerita-cerita seperti Mahabrata, Ramayana, Calon Arang, hingga alur cerita yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Wayang kulit Bali secara garis besar terbagi kepada dua jenis, yaitu wayang lemah (siang) yang bertema spiritual atau upacara keagamaan dan dipentaskan tanpa menggunakan layar dan lampu atau obor, serta wayang peteng (malam) yang memiliki tema yang lebih luas, dapat berupa hiburan atau spiritual. Wayang peteng terbagi kepada sembilan jenis yaitu Parwa, Ramayana, Gambuh, Calonarang, Cupak, Sasak, Arja, Tantri, dan Babad.

Wayang Kulit Sasak  ᬯᬬᬂᬓᬸᬮᬶᬢ᭄ᬲᬲᬓ᭄

Ada dugaan kuat yang menyatakan bahwa wayang kulit di pulau seribu masjid ini telah dibawa masuk oleh Sunan Prapen, putra Sunan Giri pada abad ke-16 saat berdakwah. Sunan Giri sendiri merupakan penggubah wayang gedog. Maka dari itu Sunan Prapen melanjutkan strategi para pendahulunya saat berdakwah. Cerita wayang kulit Sasak diambil dari cerita Menak yang berasal dari cerita Amir Hamzah, yakni paman dari Rasullah Muhammad ﷺ yang disadur dari kepustakaan Persia, berjudul Qissai Emr Hamza, atau Hikayat Amir Hamzah  dalam kesusastraan Melayu. Oleh karena itu, wayang kulit Sasak juga disebut sebagai wayang menak Amir Hamzah sendiri dijadikan tokoh sentral wayang kulit Sasak, dengan nama-nama lainnya seperti Wong Menak, Jayeng Rane, Jayeng Tinon, Jeyeng Palugon, Jayeng Murti dan Khadimil Alam.

Wayang Kulit Malaysia

Wayang Kulit Kelantan وايڠ کوليت کلنتن


Dulunya dikenal sebagai Wayang Kulit Siam karena pengaruh dari Patani dan Ligor (Siam), meski diperkirakan berakar dari Kamboja. Wayang kulit kebanggaan Malaysia ini berisi cerita-cerita dalam Hikayat Seri Rama, yaitu kumpulan cerita yang berdasar dari Ramayana. Dalam hal gerakan mekanis patungnya, hanya tangan di sisi depan yang bisa bergerak sambil memegang senjata atau alat kehebatan lainnya. Alat musik wayang terdiri dari seruling, sepasang gedombak, sepasang geduk, sepasang gong (tetawak), sepasang kesi, biji mong dan canang. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kelantan-Patani. Pemain wayang kulit Kelantan dipanggil sebagai Tok Dalang

Wayang Gedek وايڠ ڬيديق

Wayang Gedek tersebar di bagian utara Pantai Barat Malaysia, khususnya wilayah Kedah dan Perlis. Wayang ini dipercaya berasal dari sejenis wayang kulit siam yang dikenal sebagai Nong Talung, dikarenakan kemiripan patung dan alat musiknya serta isi cerita. Namun, ada beberapa modifikasi dalam film ini yang memuatkan penerapan unsur-unsur lokal khas Melayu Kedah-Perlis. Alat musik wayang ini terdiri dari sepasang gedombak, sepasang gong, sepasang genta, geduk dan seruling. Biasanya wayang ini disajikan dalam bahasa Melayu dialek Kedah ataupun logat Siam.

Wayang Kulit Melayu  وايڠ کوليت ملايو 

Jenis pertunjukan wayang ini terdapat di wilayah Pantai Timur khususnya Kelantan dan Terengganu. Namun, jumlahnya sangat terbatas. Cerita Wayang Melayu didasarkan dari episode dari epos Mahabharata, khususnya kisah Pendawa Lima. Film ini juga dipengaruhi oleh kisah Panji Jawa. Boneka wayang kulit Melayu mirip dengan wayang purwo yaitu yang mana kedua tangan patungnya dapat digerakkan. Sifat dari tokoh-tokohnya dapat diidentifikasi dengan bentuk kepala. Tokoh yang baik biasanya menundukkan kepala dan bentuk tubuhnya kecil dan cantik. Sedangkan tokoh yang kasar dan sombong biasanya berhidung besar dan melihat ke atas. Alat musik wayang Melayu terdiri dari rebab, enam canang, dua gong besar, satu mong, dua drum dan sepasang kasing, serta diceritakan dalam bahasa Jawa dengan tambahan dialek Melayu lokal.

Milik Indonesia atau Malaysia?

Netizen Indonesia acapkali menuduh Malaysia telah mencuri kekayaan kebudayaan Indonesia, termasuklah wayang kulit. Pasalnya, ramai yang mengira bahwa wayang kulit adalah kesenian asli Jawa. Adapun wayang kulit masyarakat Melayu Palembang dan juga Banjar yang merupakan pengaruh Jawa tidak menjadi masalah karena kedua daerah tersebut bersatu di bawah NKRI. Kendati demikian, tuduhan ini tidaklah valid karena sememangnya Malaysia memiliki wayang kulit versinya tersendiri yang berbeda dengan wayang kulit Jawa. Dari desain saja sudah kelihatan betapa bedanya kedua wayang kulit ini. Adapun perbedaan lainnya adalah dari segi komposisi musik, serta pengaruh wayang kulit Malaysia yang justru datang dari Siam-Khmer. Satu-satunya wayang kulit Jawa yang ada di Malaysia adalah Wayang Kulit Purwa Ponorogo, yang mana hanya dilestarikan oleh masyarakat berketurunan Jawa di negara bagian Johor. Bahkan, keberadaan wayang kulit purwa di sana terbilang kurang tenar atau dalam bahasa kasarnya; tidak laku, jika dibandingkan dengan wayang kulit Kelantan yang memang menjadi ikon perwayangan Malaysia.

Meski memiliki dasar perwayangan yang sama, wayang kulit Malaysia tidak bisa diklaim berasal dari Jawa, pun sebagai milik Siam karena pengaruhnya tersebut. Perlu diketahui bahwa budaya-budaya di Nusantara ini banyak yang menerima pengaruh dari budaya asing. Namun hal itu bukan berarti budaya tersebut bukan milik kita. Misalnya lumpia, makanan yang berasal dari akulturasi kebudayaan Tionghoa. Apakah makanan lumpia dianggap sebagai makanan khas Cina bukan Indonesia?

Itulah dia daftar beberapa wayang kulit dari berbagai daerah di Nusantara yang eksis hingga saat ini. Akhir kata, marilah kita saling menghargai wayang kulit masing-masing baik dari Malaysia maupun Indonesia. Kemiripan budaya dari dua negara bukanlah berarti salah satunya adalah sang pencuri. Hal yang pasti adalah kita sebagai bangsa yang besar haruslah tetap melestarikan kebudayaan kita sebagai identitas pengenal bangsa kita. Sekian, matur nuwun.

Daftar Pustaka

Cawangan Dokumentasi dan Penerbitan Bahagian Pembangunan Kebudayaan dan Kesenian. 2003. Siri Mengenal Budaya 1: Wayang Kulit. Putrajaya: Kementerian Kebudayaan, Kesenian dan Pelancongan Malaysia

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. (2018, Mei 12). Batu Bersurat Terengganu asas peradaban Melayu Islam. Diakses pada 31 Desember 2022 melalui http://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/index.php/jenis/1/ekspresi-budaya-tradisional/816/wayang-kulit-betawi

Kartomi, Margaret . 2012. Musical Journeys in Sumatra. Champaign: University of Illinois Press


https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Wayang_Kulit_Cirebon

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Wayang_kulit_Bali
+

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perjalanan Akulturasi Dayak, Melayu, dan Jawa Menjadi Urang Banjar

130 Tahun Pasang Surut Hubungan Aceh-Johor

Persaudaraan Aceh dengan Perak dan Pahang dalam Sejarah